Turun Berat Badan dengan Obat Diabetes GLP-1, Dokter Peringatkan Risiko Kelumpuhan Otot Lambung

5 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa bulan terakhir, tren baru muncul di kalangan masyarakat dengan obesitas. Banyak orang mulai menggunakan obat agonis GLP-1, yang seharusnya diperuntukkan bagi pasien diabetes, untuk menurunkan berat badan.

Dilansir Times of India, fenomena ini membuat dokter kebanjiran pertanyaan setiap harinya. Rata-rata, mereka menerima 20–25 pertanyaan terkait obat diabetes yang kini 'alih fungsi' menjadi obat penurun berat badan.

Memang, beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini mampu menurunkan berat badan hingga 15 s.d 20 persen. Namun, para ahli menegaskan bahwa suntikan GLP-1 bukan solusi instan. Penyalahgunaan obat justru bisa menimbulkan risiko serius bagi kesehatan.

Obat agonis GLP-1 yang umum digunakan antara lain semaglutide, liraglutide, dan tirzepatide. Obat ini bekerja meniru hormon alami dalam tubuh yang mengatur nafsu makan, membuat rasa kenyang bertahan lebih lama, serta membantu mengontrol gula darah.

Apa Mekanisme Kerja GLP 1?

Secara medis, obat GLP-1 umumnya diperuntukkan bagi penderita diabetes dengan obesitas. Meski begitu, tirzepatide dan liraglutide bisa diberikan pada orang obesitas tanpa diabetes, tergantung kondisi klinis dan kemampuan finansial pasien.

Terapi ini biasanya berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Profesor dari Departemen Gastroenterologi SGPGIMS, Gaurav Pandey mengatakan, dia menerima delapan s.d 10 pertanyaan per minggu terkait penggunaan obat ini, dan sekitar 10 persen dari penanya akhirnya menjadi pengguna aktif.

"Suntikan ini mengatur gula darah, menekan nafsu makan, dan memperlambat pencernaan, sehingga berat badan turun secara bertahap," ujar Pandey.

"Namun penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan mual, diare, refluks asam, pankreatitis, batu empedu, bahkan kelumpuhan otot lambung," tambahnya.

Pandey, menekankan, obat GLP-1 hanya boleh digunakan di bawah pengawasan dokter spesialis, dan bukan solusi ajaib untuk menurunkan berat badan secara instan.

Tidak Semua Pasien Bisa Menggunakan Obat Ini

Pernyataan serupa disampaikan Direktur Bedah Bariatrik di ApolloMedics Hospital, Dr. Ankur Saxena. Dia, mengatakan, sekitar 10 s.d 15 persen pasien muda dengan obesitas menanyakan obat penurun berat badan ini.

"Obat ini tidak untuk semua orang. Pasien obesitas ekstrem lebih diuntungkan dengan operasi bariatrik, sementara suntikan kadang digunakan sebagai jembatan sebelum operasi agar lebih aman," kata Saxena.

Meski dapat diberikan pada pasien dengan atau tanpa diabetes, pemantauan tetap diperlukan. Pasien tanpa diabetes harus waspada terhadap risiko hipoglikemia.

Jika gejala muncul, dokter biasanya menyarankan minum cairan manis, memeriksa kadar gula, dan segera mencari pertolongan medis.

"Penurunan berat badan 15–20 persen memang mungkin, tetapi hasilnya kerap kembali jika gaya hidup sehat tidak dijaga," tambah Saxena.

Dr. Sushil Gupta dari Max Super Speciality Hospital menilai terapi suntik relatif aman selama diawasi ahli endokrin.

Pemilihan obat harus disesuaikan kondisi pasien, seperti status diabetes, indeks massa tubuh (BMI), distribusi lemak, target penurunan berat, dan penyakit penyerta lain.

Gupta, menjelaskan, pasien dengan BMI tinggi yang gagal menurunkan berat badan, penderita sleep apnea, osteoartritis, atau penyakit jantung terkait obesitas sering mempertimbangkan terapi suntik.

Efek samping obat yang meniru hormon ini dapat dikendalikan jika penggunaan berada di bawah pengawasan dokter.

Aman Jika Diawasi Dokter

Menurut Punit Kumar, gastroenterologist, kasus obesitas di kota besar India meningkat, terutama pada anak-anak, remaja, dan perempuan. Kondisi ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan hipertensi.

Sayangnya, biaya menjadi kendala. Harga obat ini mencapai Rp 2–3 juta per bulan, sehingga sulit dijangkau masyarakat luas.

Foto Pilihan

Murid sekolah dasar diperiksa mulut dan giginya saat kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SD Prestasi Global, Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).
Read Entire Article